DUNIA, WacanaNews.co.id — Menjulang tinggi di antara pepohonan Rindang, barisan candi-candi itu begitu mempesona mata yang memandang. Berlatar belakang barisan Bukit berselimut Kabut tipis, semakin menyempurnakan pesonanya. Dan inilah Bagan sebuah kota yang berjuluk negeri seribu candi dengan agar sejarah yang panjang.
Bagan adalah sebuah kota kuno di divisi Mandala ya Myanmar kota ini merupakan bekas ibukota kerajaan Pagan di Burma. kerajaan pertama yang menyatukan wilayah-wilayah yang membuat konstitusi modern biat baru sekitar 1000 tahun yang lalu agama Buddha datang ke Myanmar.
Dan raja meminta ribuan Candi dibangun untuk menyebarkan agama ke seluruh negeri. para penguasa bagan dan penduduk setempat membangun lebih dari 13.000 Monumen keagamaan. Monumen keagamaan mencakup lebih dari 10.000 candi dan 3000 biara serta stupa di area seluas sekitar 104 km2.
Bata dalam jumlah besar digunakan untuk membangun Candi ini, batu bata yang digunakan berasal dari daerah lain di luar Bagan yang dikirim melalui air sungai Irawadi. uniknya terdapat cat setiap daerah di batu bata tersebut. Bagan terkenal bukan hanya karena jumlah candinya saja, akan tetapi juga kualitas, kerumitan dan desain artistik pada arsitektur batu bata yang berlapis emas.
Ini adalah bukti keterampilan dan pengetahuan para pengrajin dan arsitek masa lampau yang membangun hampir semuanya dengan tangan. Banyaknya batu bata yang digunakan juga menggambarkan betapa luar biasanya mereka dalam mendistribusikan material dalam jumlah besar melalui aliran sungai bisa dikatakan alat transportasi kala itu benar-benar jauh dari kecanggihan teknologi bila dibandingkan dengan masa modern saat ini.
Kini sayangnya jumlah bangunan penuh sejarah ini semakin berkurang. Sebagian besar Candi pagoda dan biara telah rusak saat wilayah tersebut diinvasi oleh musuh. kerusakan hebat juga terjadi akibat dari bencana alam terutama gempa bumi.
Terletak di zona gempa bagan mengalami lebih dari 400 gempa bumi pada abad ke-20 dengan gempa bumi besar yang terjadi pada tanggal 8 Juli 1975 yang merusak banyak candi dan beberapa diantaranya tidak dapat diperbaiki. Pada tahun 1990-an sebagian besar candi dan pagoda mengalami pemugaran.
Tetapi upaya pemugaran tersebut mendapatkan tangan dan kecaman dari para pelestari dan sejarawan seni. Para kritikus berpendapat restorasi tidak mempertimbangkan arsitektur asli atau menggunakan bahan kuno.
Pada Agustus 2016 gempa besar lainnya menghancurkan sekitar 400 Candi termasuk miaw uni dan sulamani. Pemerintah dengan bantuan para ahli UNESCO, mulai merekonstruksi beberapa bangunan tersebut. Saat ini yang tersisa hanyalah sekitar 2300 Candi saja yang berdiri kokoh di Kota Tua Bagan.
Dari ribuan spektakuler di sini, ada dua bangunan yang dinobatkan sebagai yang terbesar dan tertinggi. yang pertama adalah candi Damaiyangi, ini adalah yang terbesar dari semua Candi di Bagan. Dibangun pada masa pemerintahan raja Naratu tahun 1967 hingga 1170.
Naratu yang naik tahta setelah membunuh ayah dan saudara laki-lakinya membangun Candi ini mungkin karena rasa bersalah dan menembus dosanya. Selanjutnya yang kedua adalah candi Soesando, dibangun pada masa pemerintahan raja Anurahta pada abad ke-11. Ini merupakan candi tertinggi di Bagan dengan ketinggian 100 m Suesando terdiri dari 5 teras dan berisi rambut Suci seorang budak yang disebut Gautama.
Kini ribuan Candi ataupun kuil di bagian menjadi daya tarik banyak wisatawan dan ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Ada banyak cara untuk Menikmati keindahan bangunan bersejarah ini. Salah satu cara yang paling spektakuler adalah dengan menggunakan balon udara raksasa.
Wisatawan dapat menyewa balon udara ini dengan membayar kurang lebih 4.500.000. Balon raksasa akan membawa anda mengitari wilayah di atas ribuan candi yang spektakuler. (dilangsir: jelajah bumi/red)