Silaturahim Aktivis, Membangun Pola Gerakan Kerakyatan Kekinian

aktifis
Para aktifis 90 dan 2000 an yang hadir di teras kebon. (wacananews.co.id/oby)

JOMBANG, WacanaNews.co.id — Sejumlah aktivis dari berbagai bidang advokasi berkumpul dalam forum silaturahim teras kebon Idul Fitri dan halal bi halal di kedai sufi, jalan Kapten Tendean, Sengon, Jombang Rabu (11/05) kemarin sore.

Inisiator silaturahim teras kebon, Sadad Al Mahiri mengatakan, pertemuan ini dalam rangka membangun persepsi bersama tentang arah gerakan aktivisme yang akan dilakukan ke depan di era media sosial dan buzzer (pendengung) yang menjamur kekinian.

“Ada sekitar 40 an yang kami undang dari berbagi aktivis era 90 an hingga 2000 an. Mereka aktif dibidang pendidikan, sosial kerakyatan, dan advokasi lingkungan juga perlindungan perempuan, pluralisme,” kata Bung Sadad yang juga Direktur Lakspedam NU Jombang.

Menurutnya, yang melatar belakangi pertemuan aktivis dari dekade tahun 90 an sampai sekarang yakni membangun kembali gerakan yang diaplikasikan di era kekinian yaitu tidak hanya menformasikan sosial ala Anthony Gidden yakni masih memposisikan masyarakat sipil sebagai pesakitan dari negara dan pasar.

Dimana ada yang mengatakan apabila derajat kuantitas dan kualitas demokrasi semakin membaik, maka masyarakat sipil akan menjadi bagian amat terpenting bagi negara. Sementara formasi sosial pasar, semakin modern alat produksi, semakin pula menambah beban bagi masyarakat sipil,mulai dari jauhnya akses produsen dan konsumen, sampah, pajak dan lain lain, semua di bebankan pada masyarakat/konsumen.

Dari dinamika itu, lanjut Bung Sadad, kawan-kawan aktivis dan mantan aktivis yang sudah pernah bekerja dalam memperkuat masyarakat sipil, kekinian sudah menyebar kemana-mana, ada yang sudah menjadi bagian dari negara, juga ada bagian pula dari sistem pasar.

“Tapi kami berkhusnudzon, kawan-kawan, masih pula dan punya ideologi dan keberpihakan kepada masyarakat sipil, serta memiliki orientasi sejahtera dan bahagia bersama,” tegasnya.

Kata dia, dengan adanya halal bI halal aktivis dan mantan aktivis sebagai sarana untuk menyalakan kembali gagasan bersama, demi terwujudnya dan keberlangsungan perjuangan untuk demokrasi yang kualitatif dan kuantitatif, serta koperasi dalam sistem kehidupan.

“Sebagai pemantik kegiatan ada Staf Ahli Bupati Jombang, mbak Alfi yang pernah aktif dalam advokasi sosial, kebijakan anggaran publik dan advokasi perempuan, juga ada Bung Edy Musadad yang sekarang aktif di sosial enterpreuner,” ungkap Bung Sadad, panggilan akrab aktivis nahdliyin tersebut.

Dikesempatan itu, Bung Edy Musyadad menceritakan, bahwa pertemuan ini merupakan momentum 10 tahun yang lalu, kini berulang dalam pergaulan pertemuan di kedai sufi. Pertemuan ini sangat luar biasa dari kawan-kawan aktivis yang dulu dan sekarang masih terus berjuang untuk masyarakat sipil. “Pertemuan ini sangat membanggakan,” katanya.

Bung Edy menilai teman-teman aktivis kini sudah menemukan roh didunianya masing-masing. Semisal dengan mas sunandar yang sekarang sudah aktif di dunia pendidikan yakni menjadi pimpinan di salah satu lembaga pendidikan dipesantren.

Dulu, saya bermimpi 10 tahun lalu berkeinginan ada organisasi rakyat yang dipandang punya tawar oleh negara, dan kini terus saya impikan dan realisasikan yang menyesuaikan periode jaman arah pergerakan,” tutur, pegiat sosial enterpreuner tersebut.

Untuk itu, ia menyarankan, kawan-kawan yang terus berjuang untul sosial kemasyarakatan lebih memahami situasi kekinian di era digitalisasi. Yakni membangun gerakan dengan pola-pola modern seperti berkolaborasi influencer dan kekuatan rakyat.

“Digitalisasi gerakan dengan mengadvokasi isu kekinian dan menanggapi soal kebijakan negara,” tandasnya.(oby/w2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *