Yance Renhoran: Siap Sumpah Adat Jika Kursi Kepala Ohoi Bukan Milik Kami

Yance Renhoran
Pengukuhan adat di batu Larwul (Vat Larwul).(wacananews.co.id/pas)

LANGGUR, WacanaNews.co.id — Ahliwaris atau mata rumah (Riin Koit) yang mempunyai hak Kepala Ohoi Rahareng atas adalah marga Renhoran/Ohoitawun bukan marga Ohoiner, demikian ungkap Melkias Meek, Toko adat Rahareng atas (foor Ub Tel), Sabtu (29/05/2021).

Melkias beberkan bahwa berdasarkan garis turunan asli sejarah Kepala Ohoi Rahareng atas, marga Renhoran/Ohoitawun yang pertama diangkat sebagai kepala Ohoi pertama di kampung itu, atau yang disebut sebagai mata rumah (Riin Koit)

Dijelaskan pada tahun 1910 kepala Ohoi pertama diserahkan oleh pihaknya yaitu  (Foor ub Tel) kumpulan 5 marga yaitu (Foor meek watyanan Ell rahawarin) kepada moyang yang bernama Yance Renhoran/Ohoitawun (Kerbau), setelah Kerbau, kekuasaan itu dilanjutkan ke generasi berikut yaitu anaknya bernama Kustap Renhoran/Ohoitawun, setelah Kustap kekuasaan tersebut diserahkan kepada keponakan Kustap atas nama Welhelmus Renhoran/Ohoitawun.

“Perlu diketahui bahwa setelah tiga Generasi dari Keluarga Renhoran/Ohoitawun, kekuasaan tersebut diambil alih oleh Aleksander Foor yang pada saat itu menjabat sebagai Pejabat sementara karena terdapat kekosongan pada kekuasaan Ohoi Rahareng atas,” Kata Melkias.

Melkias tuturkan Dalam perjalanan waktu, berdasarkan petunjuk dan Izin dari bapak Yance Tobias Renhoran/Ohoitawun Anak dari Kustap Renhoran/Ohoitawun yang tidak berada di tempat maka, menunjuk Yustus Ohoiner untuk menjabat sebagai Kepala Ohoi, setelah Yustus Ohoiner, kembali lagi atas izin Yance Tobias Renhoran/Ohoitawun, menunjuk Welhelem Ohoiner  menjadi Pejabat kepala Ohoi Rahareng Atas.

Meek beberkan bahwa setelah Welhelem Ohoiner, Agustinus Ohoiner kembali mengambil alih Kepala Ohoi tanpa pengetahuan Ahli waris Riin Koit (Renhoran/Ohoitawun) dan pada tahun 2014 anaknya bernama Roni F. Ohoiner turut melanjutkan kekuasaan tersebut tanpa sepengetahuan Pemilik Kekuasaan Riin Koit. Renhoran/Ohoitawun).

“Ketika kami mengetahui bahwa kekuasaan itu sudah diserobot oleh orang lain maka, pada tahun 2012, kami berjuang untuk mengembalikan kepada mata rumah yang memiliki hak, tapi perjuangan itu tidak sampai ke tangan penguasa saat itu, karena keterbatasan komunikasi dan koordinasi dari kami masyarakat kecil” bebernya.

Tepat  pada tanggal 27 Mei 2021 Kami Foor ub Tel telah melakukan sumpah adat di Vat Larwul (Tempat Hukum Larvul) di Ohoi Rahareng.

Dikatakan bahwa sesuai sejarah yang kami tahu bahwa sampai sekarang, belum ada penyerahan kekuasaan kepada marga lain, selain Renhoran/Ohoitawun.

Tujuan dari sumpah ini adalah meminta kepada Hukum untuk melihat bahwa yang benar adalah benar dan Yang salah adalah salah. Saya minta dalam bahasa kei (“Duang e, Hukum Nit yamab ubub toran bir e Ib tub Lin Wahid, ne Im do Fo Im liik Tibang loak, Im ikbo Im futuir afa sa in tub fo sa, aka Ken in tub fo Ken. Im ikbo imkai hir inbe ni Kuas naa Ohoi i. imdo fo im liik en be fel ni Kuas i Wahaid, om naa Hukum enfit, om tef tal naa rir rahan Rin raan, en hov ni lisan tu man, Raat wel”).

Bersamaan dengan itu Kepala Marga Ohoitawun/Renhoran Yance Renhoran sampaikan bahwa Melihat kondisi ini sejak 2012  sampai 2021 ini bahwa mata rumah Renhoran/Ohoitawun sudah memiliki figur yang cocok untuk mengambil kembali kursi kekuasaan ini.

Maka pihaknya sementara berusaha melalui berbagai pendekatan. Komunikasi baik terhadap Raja Mer Ohoinean , Kepala Ohoi Ohoiwang, Kepala Ohoi Ohoinangan, dan camat Kei Besar.

Berdasarkan hasil pendekatan maka bapa Raja memutuskan untuk dilakukan upaya pendekatan secara kekeluargaan di dalam Ohoi untuk menyelesaikan persoalan ini, tapi sayangnya tidak ditemukan solusi yang tepat  . kemudian bapa Raja kembali memutuskan untuk dilakukan pertemuan bersama demi mencari solusi dalam persoalan kepala Ohoi ini.

“Tepat pada tangal 16 Oktober 2020 dirinya bersama bapa Sepnat, bapa Yopi, Bapa Beni bertemu  Raja  di  Ohoinangan  lalu   sampaikan  maksud  Untuk mengembalikan kursi  di  mata  rumah  Renhoran/Ohoitawun dan raja meminta  kepada kamu berempat  Untuk memberikan kesempatan kepada  Roni satu kali sebagai kepala ohoi, tetapi kami berempat menolak Kemudian Raja menyampaikan nanti menghubungi  Roni  Untuk bertemu dengan saya dan bapa Sepnat  sebagai  kuasa  kursi (Riin Koit) namun Roni tidak ingin untuk datang menghadap kami  berdua tetapi Roni inginkan untuk kami bertemu dengannya di Rumahnya” tutur Yance.

Lanjut diceritakan bahwa tanggal 17 Oktober tepat  jam  03.00 wit kami berempat  kembali  kepada  Raja dan melaporkan bahwa  Roni tidak  pernah  datang dan menemui  Rinkoit, kemudian  Raja  sampaikan nanti  Raja  mediasi  untuk  cari  solusi atau (fangnanan).

Pada Tanggal 18 Oktober 2020 pihaknya mata rumah Renhoran/Ohoitawun menerima surat undangan dari bapa Raja Mer Ohoinean dan pada tanggal 19 Oktober 2020 dilangsungkan  sidang (duduk adat) dalam rangka mencari solusi. dalam pertemuan tersebut dihadapan bapa raja dan seluruh peserta sidang saudara Roni F. Ohoiner mengakui bahwa kursi kepala Ohoi ini bukan miliknya. Tetapi milik marga Renhoran/Ohoitawun.

“Raja  sampaikan  Roni  harus  liat  orang  yg  punya  barang  dolo  supya  dorang  atur  dengan baik  lalu  Roni  mengala  dan  staf  sama  Raja  suru  roni  berdiri  minta  maaf  sama Bapa  yance dan Bapa Sepnat.” bebernya,( ada bukti fideonya).

Berdasarkan penuturan oleh Marga Renhoran/Ohoitawun dan pengakuan dari marga Ohoiner maka persoalan ini, dikembalikan ke Ohoi Rahareng atas untuk menyelesaikan secara kekeluargaan dengan cara duduk bersama dari pihak Ohoitawun dan pihak Ohoiner.

Sebelum mengakhiri pertemuan tersebut bapa raja menunjuk bapa seril Weubun mantan kepala Ohoi Wang (saat itu sebagai Kepala Ohoiwang) untuk dapat memediasi kedua bela pihak agar persoalan ini dapat diselesaikan secara keluarga.

“Kemudian katong  dari  pihak  Riinkoit  minta  kepada Raja  nanti  katong  pulang  di  kampung  baru  katong  atur,  jadi  raja  setuju  itu  lalu  raja  kasi  kepercayaan  untuk Bapa  kadus  ohoiwang  sebagai  Belan  yaan agar  datang  di Rahareng  baru  dia  melihat  Roni  baru  dong  dua datang  liat  katong  Riinkoit  supaya  katong  bicara  dari  hati  kehati  lalu  katong  usung  siapa  yg  penting  rekomendasi  dari  mataruma  yg  punya  hak  atau  rinkoit  ini” beber Yance Renhoran Ohoitawun mengulangi perkataan saat itu.

Pada tanggal 23 Oktober 2020 pihak Renhoran/Ohoitawun Berinisiatif untuk bertemu dengan bapa Seril dan meminta saran dan masukan, sebelum masuk ke rumah bapa Seril Weubun saudara Roni sudah terlebih dahulu didalam rumah. Setelah saudara Roni keluar barulah pihaknya masuk ke kediaman bapa Seril. Kemudian usai menyampaikan maksud dan tujuan lanjut ditanggapi oleh bapa Seril bahwa  ” itu Gampang, nanti Katong atur saja” ungkap Renhoran sembari meniru pernyataan bapa Seril Weubun kala itu.

“Roni dan Kadus Ohoiwang  tidak  datang, Akhirnya Beni Ohoitawun dan yance  pergi dan bertemu dengan Kadus  Ohoiwang  di  rumahnya dan meminta untuk secepatnya  diselesaikan tentang apa  yg  suda  bahas  di  Ohoinangan berdasarkan pada Perintah  Raja. Tapi Kadus Ohoinangan sampaikan bahwa “itu gampang nanti Katong saja,” Kata  Yance.

Yance Renhoran sampaikan bahwa pihaknya  sangat menyesal karena tiba-tiba Roni suda  dikukuhkan Dua kali Oleh Raja, lalu  berkasnya juga Suda dimasukan dua kali ke  kantor  bupati tanpa sepengetahuan kami mata Rumah (Riin Koit) Renhoran/Ohoitawun apakah  Hukum  Adat  Larvul  Ngabal  ini  suda  tidak  pakai lagi (“Hira  ini in Tub  fo  ini, it did in tub fo it did”).

Yance juga mengaku bahwa pihaknya  pernah menemui Camat Kei Besar saat itu untuk menanyakan terkait proses Kepala Ohoi Dafenitif Rahareng atas tapi camat menyampaikan bahwa dirinya akan memproses jika berkasnya lengkap.

“Secara pribadi kami sangat menyesal atas pihak-pihak terutama BSO Rahareng bawah yang tidak mengindahkan berkas dari mata Rumah Kepala Ohoi yang sebenarnya yaitu Renhoran/Ohoitawun dan tidak ada tanggapan dari Kepala Ohoi Desa induk Rahareng bawa padahal kami sudah melakukan pendekatan juga pihak-pihak lain yang dengan sengaja mengkebiri hak dari pemilik aslinya” kesal Yance.

Kepala Marga Renhoran/Ohoitawun dengan tegas kepada media ini mengatakan bahwa Pihaknya yang adalah turunan lurus dari Yance Kerbau akan bersedia melakukan sumpah Adat maupun sumpah Agama dengan siapapun. dihadapan semua masyarakat adat  Ratschap Mer Ohoinen di woma, maupun dimana saja, jika Kursi Kepala Ohoi Rahareng atas ini bukan Milik Marga Renhoran/Ohoitawun.

“Kami berharap semoga dalam pemerintahan ini, kami Rakyat Kecil bisa mendapat Keadilan sesuai dengan Sejarah yang sebenarnya,” tutupnya.(pas/w2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *