Peresmian Dermaga Maurole Ende, Ditengah Konflik Masyarakat Merusak Tatanan Adat

Peresmian dermaga maurole
Pelabuhan Maurole di Nanganio, Desa Watukamba, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende.(wacananews.co.id/ms)

ENDE, WacanaNews.co.id — Dermaga Maurole diresmikan ditengah kondisi masyarakat yang saling bersitegang. Acara pengguntingan pita oleh Bupati H. Djafar H. Achamad sebagai simbol operasi kapal- kapal ke pelabuhan Maurole ini dilakukan pada Kamis, 17 Desember 2020 di Nanganio, Desa Watukamba, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende.

Pantauan media wacananews.co.id. Tidak semua masyarakat terlibat dalam acara peresmian tersebut. Banyak Polisi yang menjaga dijalan-jalan.

Pada Acara peresmian itu, Turut hadir juga para mosalaki diantaranya dari Pihak Sae Suka, Bapak Stefanus Ngga’e mosalaki Tana Tebe Mude. pihak Nggedhi Bodhe tana telu Wolo sambi, Koba Aje dan Tebe Mude oleh Mama Teresia Woe. Pihak Raja Laka atau mosalaki Ria Bewa Bapak Petrus Rai Rego. Mosalaki Wolo Sambi oleh bapak Raymundus Rega. Mosalaki Tanah Koba Aje bapak David Manggo serta Atalaki lainya, yakni para Tuke Sani.

Dalam sambutannya sebagai orang yang dipercayai Para Mosalaki yang hadir, bapak Pius Sai menjabat sebagai Atalaki Wira Wunu Mota (robek dau siri) mengatakan bahwa masyarakat sudah merindukan Peresmian sejak enam tahun silam, bahkan martabat mosalaki dipertaruhkan.

Kami mendapat informasi yang tidak baik. bagi mosalaki yang jalan-jalan adalah mosalaki Teka Tuka (Jual Perut) atau ate laki (Mau jadi Mosalaki) bukan mosalaki,” ujar perwakilan Mosalaki ini.

Iapun memperkenalkan para mosalaki yang hadir dihadapan Bupati dan tamu undangn lainnya. Atalaki wira wunu mota ini menyebut mosalaki tedo Raymundus Rega merupakan mosalaki yang bertempat di dermaga (tanah Wolosambi).

“Mosalaki tedo, bapak Raymundus Rega, ini tempatnya, tempatnya ini,” tegas Pius Sai.

Hal ini menuai pertanyaan salah satunya Kanisius Soba, anak dari bapak Yohanes Laka Keli (Alm) sebelum meninggal berkuasa sebagai Mosalaki Pu’u di tanah Wolosambi, Koba Aje, dan Tebe Mude dari Nggedhi Bodhe.

Menurutnya, atalaki wira wunu mota itu mencoba menghilangkan hak Nggedhi Bodhe ditengah pejabat Pemerintah Ende.

Anak Mosalaki Laka Keli ini menjelaskan, tanah Wolosambi itu ada dua tokoh mosalaki Pu’u, yaitu Pihak Jaghu Rengi yang sekarang ada di Raymundus Rega dan Nggedhi Bodhe yang pada saat Yohanes Laka Keli hidup melakukan seremoni adat, sekarang di pegang oleh Mama Tere Woe, bukan satu orang saja yaitu Raymundus Rega.

Ia juga mengatakan, yang menjadi bukti, di rumah adat Wolosambi yang sekarang ini terletak di Nanganio, ada dua Tungku. Yaitu tungku kiri dan Kanan milik dua Mosalaki dan keturunan besar diatas melambangkan kekuasaan sama besar (bahasa Lio, Ria sama Onģga Bela) juga bunuh babi dan tanam sama-sama (wela wawi no tedo sama-sama)

“Lalu kenapa tidàk menyebut nama Nggedhi Bodhe sebagai yang punya hak di Tanah Wolosambi? ,” tanya Kanisius.

Selain itu, bapak Kanisius merasa heran karena Pius Yang menjabat Atalaki Wira Wunu Mota berbicara mewakili Mosalaki, padahal menurutnya Tugas untuk berbicara dengan pihak Luar termasuk pemerintah ditubuh mosalaki adalah Mosalaki Ria Bewa (talu sambu ta mangu lau, tewa rega no ata laja ghawa), sedangkan dia ditugaskan untuk robek dau siri pada saat sebelum mosalaki Pu’u wela wawi.

Iapun menepis bahwa mosalaki yang jala-jalan adalah mosalaki teka tuka. “Ada mosalaki-mosalaki yang pergi ke Ende minta uang dan pekerjaan di Pemerintah untuk peresmian pelabuhan di Maurole ini apa namanya. Jangan bilang mosalaki teka tuka.

Kalau anak Yohanes Laka Keli tidak minta-minta dan iwa teka tanah. Apalagi bilang ate laki, siapa yang ate laki, coba tunjukan. Orang yang omong itu tidak bukan tugas yang sebenarnya itu yang ate laki. Laka Keli o tege Lesu, bao Luka esa telu, kami tei ndu, mbe’o dheko,” pungkas Kanisius anak Mosalaki.

Ia juga berharap agar pemerintah dapat membatu menyelesaiakan problem ini serta menyampaikan luas lahan dan batas-batas dermaga kepada masyarakat secara tertulis dan terbuka.

Bupati Ende dalam sambutannya berharap masyarakat wilayah Maurole dapat memanfaatkan pelabuhan dengan mengembangkan potensi-potensi yang ada dan menjaga persatuan dan kesatuan terutama nila adat istiadat.(ms/w2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *