Berita  

Pilwali Pasuruan Paslon Tunggal

Pilwali Pasuruan Paslon Tunggal
Slamet Nugroho, salah satu warga Kota Pasuruan yang mengkritik calon tunggal untuk Pilwali Kota Pasuruan. (istimewa)

Pilwali Kota Pasuruan Tanpa Adu Gagasan Akibat Paslon Tunggal, Muncul Gerakan Pilih Kotak Kosong

Kondisi Politik Kota Pasuruan

Berita, WacanaNews.co.id — Kota Pasuruan tengah menghadapi situasi politik yang unik dalam Pilwali 2024. Pesta demokrasi lima tahunan ini hampir bisa dipastikan hanya diikuti oleh calon tunggal. Hingga batas waktu yang ditentukan, hanya ada satu pasangan calon (paslon) yang mendaftar, yaitu Adi Wibowo-Mokhamad Nawawi (Mas Adi-Nawawi). Paslon ini mendapat dukungan dari semua partai politik (parpol) yang ada di Kota Pasuruan.

Reaksi Warga

Kondisi politik seperti ini memancing banyak reaksi dari warga Kota Pasuruan. Salah satunya adalah Slamet Nugroho, yang akrab disapa Mamek. Mamek merasa prihatin dengan kondisi politik yang seperti ini. Menurutnya, munculnya paslon tunggal dalam kontestasi Pilwali kali ini bisa disebut sebagai sinyal bahwa demokrasi di kota kelahirannya ini mati. “Makanya, saya memilih untuk tidak memilih. Saya lebih baik memilih kotak kosong, daripada memilih calon tunggal. Ini bukan ajakan, tetapi ini sikap saya menanggapi situasi yang hampa seperti ini,” kata Mamek.

Kritik Terhadap Parpol

Mamek menyebut, pilihan kotak kosong sebagai simbol kritikan kepada parpol-parpol di Kota Pasuruan. Menurutnya, semua parpol lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan golongannya, bukan kepentingan rakyat. Seharusnya, jika parpol mengakomodir kepentingan rakyat, mereka akan berlomba mengusung paslon yang layak untuk mewakili dan membawa kepentingan rakyat. Artinya, paslon yang diusung adalah yang bisa merepresentasikan kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompoknya saja.

Makna Pilwali

Pilwali adalah proses politik untuk mencari pemimpin, dan tentunya rakyat berharap bisa mendapatkan yang terbaik sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka. Mamek menilai, semangat demokrasi dirusak oleh nafsu dan syahwat parpol yang memilih tidak bertanding dalam pesta lima tahunan ini. Selayaknya pesta, seharusnya rakyat bisa ikut bergembira, bukan dipaksa memilih satu paslon. Pilwali seharusnya menjadi ajang untuk adu gagasan, pemikiran, dan program yang ditawarkan kepada rakyat. Nanti, rakyat yang menentukan paslon mana yang paling bisa mewakili kepentingannya.

Harapan Masyarakat

Pertanyaannya, apakah paslon tunggal yang ada itu menjadi representasi pemimpin yang dibutuhkan rakyat? Mamek meragukan hal ini. Menurutnya, ini bukanlah kondisi yang baik untuk sejarah demokrasi Kota Pasuruan. Mamek berharap, Pilwali dapat menjadi ajang yang benar-benar demokratis, di mana rakyat bisa memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka.

(ifa/jal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *