ENDE, WacanaNews.co.id — Kepedulian terhadap anak memacu dua Perempuan Muda asal Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur melakukan gerakan sosial yang bertajuk “Edukasi Pendidikan Seksual” sejak dini sebagai upaya preventif pelecehan seksual pada anak.
Kegiatan bertemakan “Aku Anak Mandiri, Aku Mampu Menjaga Diri” tersebut dilaksanakan di Aula Susteran FCJ, Jln. Melati, pada Selasa, (29/12/2020) mulai sejak pukul 15.30 WITA sampai selesai dengan 21 peserta. Kendati menggunakan dana sendiri, sebagai pelaksana sekaligus penggagas.
Andini Fransisika Dhapa Saka, M.Psi yang saat ini berprofesi Guru BK SMPK Santo Stanilaus 2 Surabaya yang sebelumnya mengenyam pendidikan S1 BK di Unika Kupang , Magister Psikologi Sains (S2) Surabaya pada September 2020 dan Yunita Victoria Natal merupakan seorang Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Untag Surabaya sangat senang dapat menyelenggarakan sosialisasi tersebut.
Dengan berlatar belakang pendidikan Ilmu psikologi, mereka bertekat gerakan ini akan dilakukan secara kontinyu dan berskala besar.
Bahkan keduap putri tersebut berniat untuk membentuk lembaga Psikologi demi mengedukasi anak agar memiliki masa depan yang lebih cerah.
“Lahirnya gagasan ini bermula dari diskusi sederhana antara kami berdua yang menemukan banyak kesamaan pandanganan rasa peduli dan cinta anak NTT, ” ungkap Andini.
Ia menjelaskan bahwa alasan dilakukan sosisalisasi psiko edukasi anak berdasarkan data dan fakta bahwa sering terjadinya pelecehan seksual di NTT termasuk di Kabupaten Ende.
Guru BK SPMK Surabaya ini menambahkan, alasan memilih anak usia 6-11 tahun, menurutnya usia dimana mereka mulai keluar atau belajar tentang dunia luar dan usia tersebut sangat rentan menghadapi persoalan seks.
Menurutnya, rata-rata 90% orang dewasa yang melakukan kekerasan seksual adalah orang yang dulunya menjadi korban dan tidak disembuhkan atau dihilangkan trauma sejak kecil yang ia alami, dengan maksud untuk balas dendam.
“Jadi untuk memutus mata rantai. Ya kami, kebetulan anak mudah, kami tidak punya uang, kami tidak punya apa-apa, kami cuman punya semangat, cuma punya modal ilmu. Jadi ya.. walapun skalanya masih kecil, setidaknya kita memberikan sumbang sih untuk daerah “red” (Ende), walapun belum banyak. Tapikan harapannya ini sebagai pemantik untuk kita sendiri supaya jangan habis disini”. Ucap Guru BK.
Ia juga menjelaskan kegiatan ini pertama kali dilakukan dan benar-benar independen belum melibatkan lembaga-lembaga lain.
Dan Yang menjadi pijakan kegiatan ini adalah menganut prinsip “head, heart, and hand” (3h) yaitu berpikir, berangkat dari hati nurani sebagai anak mudah, kemudian berpikir melaksanakan.
“Kalau hanya sebatas memperhatikan dan mengkonsepkan semua orang bisa. Tapi kami memilih menjadi konseptor sekaligus eksekutor,” pungkas Andini.(ms/w2)