Berita  

Kericuhan Perebutan Tahta Keraton Kasepuhan Cirebon

Kericuhan Perebutan Tahta Keraton Kasepuhan Cirebon
Kericuhan Perebutan Tahta Keraton Kasepuhan Cirebon (istimewa)

Berita,WacanaNews.co.id — Konflik internal perebutan tahta Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, kembali memanas setelah terjadi kericuhan pada hari Rabu (2/10) di Alun-alun Sangkala Buana, tepat di depan Keraton Kasepuhan Cirebon. Sejumlah warga terlibat dalam kericuhan ini, warga melakukan penyerangan terhadap sekelompok orang yang mengaku berhak untuk mewarisi tahta Keraton Kasepuhan Cirebon.

Kericuhan terjadi beberapa saat setelah kedatanagan perwakilan Heru Nursyamsi yang mengaku Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Padahal saat ini penguasa tahta Kesultanan Kasepuhan adalah Sultan Pangeran Raja Adipati Luqman Zulkaedin.

Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali (LMA) Nuswantara Cirebon, Prabu Diaz mengatakan sebenarnya kedatangan pengikut dari Heru Nursyamsi (Pangeran Kuda Putih) dengan tujuan untuk berdiskusi mengenai konflik Keraton Kasepuhan. Menurutnya kelompok Heru Nursyamsi ini datang secara baik-baik.

” Kedatangan delegasi ingin membedah bersama siapa sih yang sebenarnya berhak menjadi sultan. Beliau datang ke sini meminta kita semua terutama saya agar bisa menjembatani kedua kubu bertemu untuk diskusi membedah sejarah. Masing-masing pasti punya bukti auntentik,” ujar Prabu Diaz.

Diaz mengungkapkan bahwa Ia kaget dan menyayangkan adanya kericuhan saat delegasi Heru Nursyamsi datang. Menurutnya ada oknum tidak bertanggung jawab yang membuat suasana menjadi ricuh hingga terjadi baku hantam. Tidak ada korban luka serius dalam kericuhan ini, namun terdapat 5 orang mengalami luka memar pada area leher dan wajah.

Awal Polemik

Perdebatan perebutan tahta Keraton Kasepuhan Cirebon sebelumnya terjadi di media sosial. Prabu Diaz mengatakan jika beberapa hari sebelumnya Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan menerima surat dawuh dari Heru Nursyamsi yang mengaku sebagai Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon. Surat dawuh tersebut berisi pengangkatan Habib Lutfi sebagai ketua Dewan Kalungguhan Kasultanan Cirebon.

“Namun lambat laun banyak orang yang bertemu saya menanyakan soal dawuh tersebut tapi saya tidak bisa jawab dan saya menjanjikan akan bertanya ke Keraton Kasepuhan. Setelah saya tanya ternyata keraton tidak mengeluarkan dawuh itu, kemudian saya tanya lagi apakah Heru Nursamsi itu Sultan Kasepuhan? Jawaban keraton tidak, saat ini (tahta) dipegang oleh Sultan Sepuh XV anak dari Sultan Sepuh XIV Pangeran Arief Natadiningrat,” ujar Prabu Diaz.

Prabu Diaz juga sempat bertanya kepada sesepuh Cirebon. Berdasarkan penuturan para sepuh, syarat untuk menjadi sultan adalah garis keturun lurus dari pihak ayah. Kemudian pengangkatannya harus melalui prosesi adat yang sudah dilakukan turun temurun.

“Kata sesepuh, untuk menjadi sultan harus (melakukan) upacara pengangkatan di Gedung Agung Panembahan, yang mengangkat adalah kelungguhan dari kesultanan itu sendiri serta penyematan pusaka Sunan Gunung Jati, yang kebetulan (melakukan) prosesi itu adalah Pangeran Raja Lukman Zulkaedin putra Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Itu adalah adat tradisi pepakem tatah titih aturan di Kasultanan Cirebon,” ujarnya.

 

(ifa/jal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *