MALUKU TENGGARA, WacanaNews.co.id — Bupati Maluku Tenggara Drs. Hj. M. Taher Hanubun dalam sambutannya menyampaikan kekayaan adat dan budaya Kei seperti Snehat, Ngel-ngel dan war-war bisa terus dihidupkan untuk Generasi Kini jelang hari Nen Dit Sakmas.
Bertempat di Halaman Nen Dit Sakmas, Ohoi Semawi, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Bupati Secara Resmi Membuka Kegiatan Lomba Snehat, Ngel-ngel, war-war dan meniup suling yang diselenggarakan Oleh Dinas Kebudayaan Maluku Tenggara.
Bupati Malra dalam sambutannya menyampaikan bahwa Indonesia memiliki begitu banyak suku. Ada suku Aceh, Minang, Batak, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Papua, Suku Kei dan lainnya.
Menurut Hanubun setiap daerah memiliki kebudayaan dan ciri khas masing-masing. Meski berbeda-beda, kebudayaan ini justru harus tetap dijaga dan dilestarikan. Karena itu, setiap orang harus saling menghargai.
Lanjutnya sikap menghargai kebudayaan lain yang harus dilakukan adalah Tidak meremehkan dan menghina adat istiadat, kebiasaan, dan hasil kesenian suku bangsa lain.
Ia Juga berharap agar seluruh Masyarakat untuk Ikut memelihara, melestarikan, dan mengembangkan tradisi, dan budaya yang ada di dalam masyarakat. Tidak menonjolkan suku dan budaya sendiri. Berteman dengan siapa saja meskipun berbeda suku, agama, ras, dan budaya
Bupati Malra beberkan bahwa agar saling menghargai dan saling ‘ menghormati antar suku bahasa dan budaya dalam masyarakat. Ikut serta dalam kegiatan pawai budaya dan sebagainya. Hidup saling berdampingan antara satu sama lain. Bersikap positif terhadap keragaman budaya.
“Seni bisa dikatakan sebagai sesuatu yang dibuat oleh manusia yang mempunyai unsur keindahan. Istilah dari seni berasal dari kata ‘sani’, dalam bahasa Sanskerta yaitu persembahan, pemujaan dan pelayanan,” jelas Hanubun, Kamis (02/09/21).
Konteks Suku Kei Hanubun berharap agar masyarakat Kei Khususnya Masyarakat Maluku Tenggara untuk terus berupaya melestarikan Kebudayaan Suku Kei, terutama dengan hadirlah Festival Nen Dit. Hajatan yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara ini adalah tanda Apresiasi atas Seni Budaya warisan suku Kei.
“Budaya Kei yang sangat bernilai sudah sepatutnya selalu dihargai dan dijunjung karena merupakan harta peninggalan dari leluhur yang terus diwariskan sampai pada anak cucu suku Kei. Seni Budaya merupakan nilai luhur yang harus dijaga karena adalah cara bagaimana leluhur berkomunikasi seiring berjalannya zaman,” katanya.
Orang Nonor satu di Maluku Tenggara ini menjelaskan bahwa Nyanyian Tradisional daerah Kei seperti Ngel-ngel, war-war, Snehat dan Perlombaan meniup suling. Yang diselenggarakan hari ini semoga dapat berjalan dengan baik.
“Saya berharap agar kedepan kegiatan-kegiatan yang hari ini dapat dijadikan sebagai lomba bisa digunakan saat Penjemputan Orang-orang tertentu yang datang di Kei,” harapnya.
Selaku Kepala Daerah, Bupati meminta agar kedepan setiap Hari Jumat semua Kantor kembali menggunakan Bahasa Kei dan tidak diperkenankan untuk Menggunakan Bahasa Indonesia.
Untuk diketahui bahwa kegiatan ini diselenggarakan demi Menyongsong Hari Nen Dit Sakmas pada 7 September 2021 mendatang Nanti.(pas/w2)