Berita, WacanaNews.co.id — Hari Kesehatan Mental Sedunia atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia telah menjadi agenda tahunan setiap tanggal 10 Oktober. Pencetus pertama gagasan mengenai peringatan tahunan ini adalah Rich Hunter sebagai Wakil Sekretaris Jenderal World Federation Mental Health (WFMH) pada tahun 1992.
Tujuan peringatan tahunan ini adalah untuk mengadvokasi dan mensosialisasikan mengenai kesehatan mental secara keseluruhan. Sehingga dapat meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan mental, guna mengurangi stigma, dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024
Pemilihan tema setiap tahunnya selalu berbeda sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahun ini World Federation Mental Health (WFMH) menyampaikan bahwa tema global dari Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah “It is Time to Prioritize Mental Health in the Workplace” yang berfokus pada kesehatan mental di tempat kerja.
Pemilihan tema tersebut mencerminkan kesadaran akan kebutuhan yang mendesak mengenai kesejahteraan mental di tempat kerja. Tujuan dari pemilihan tema ini adalah untuk menyoroti pentingnya menangani masalah kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja. Sehingga dapat menciptakan budaya yang mendorong pekerja berkontribusi secara produktif dan berkembang untuk masa depan yang lebih baik.
Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan empat kunci dalam menjaga kesehatan mental di tempat kerja. Yang pertama adalah jam kerja yang wajar. Jam kerja harus diatur dengan baik agar pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan setalah pulang kerja dapat melakukan hal-hal lain.
“Saat ini (jam kerja) aturannya 8 jam. Dari 8 jam ini harusnya bisa diatur secara efektif dan efisien supaya tidak membuang kerjaan di luar jam kerja,” Ujar Imran.
Yang kedua adalah memberikan akses kepada pelayanan kesehatan jiwa seperti konseling atau pelatihan manajemen stres. Seperti halnya Kementerian Kesehatan yang mempromosikan skrining kesehatan jiwa dan konseling bagi yang membutuhkan.
Yang ketiga adalah mendorong percakapan terbuka mengenai kesehatan jiwa.
“Jadi, kalau orang bilang ada temannya curhat, terus bilang kamu kan baik-baik saja, itu enggak tepat. Yang tepat adalah, oke kamu bermasalah, nikmati masalahmu, selesaikan, dan harus bangkit,” Ucap Imran.
Yang terakhir adalah meningkatkan kesempatan kerja bagi orang-orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa.
(ifa/jal)