JOMBANG, WacanaNews.co.id — Demi terjaganya akan situs-situs sejarah Nusantara, tepatnya di Kabupaten Jombang yang dikenal dengan Kota Santri. Tim Yayasan Sakral Nusantara Putra Mojopahit kini mendatangi situs Sumur Tiban di Desa Pandanwangi Kecamatan Diwek, Rabu (25/01/2023).
Kabupaten Jombang yang di kenal akan banyaknya pondok pesantren (Ponpes) guna untuk sebuah tempat pendidikan Agama, sehingga dikenal dengan sebutan Kota Santri. Kini tak luput dari banyaknya peninggalan situs bersejarah.
Salah satunya situs Sumur Tiban, yang terletak di Kelurahan Desa Pandan Wangi. Kecamatan Diwek, dulu masyarakat sekitar mempercayainya akan kesakralan Sumur tersebut.
Berdasarkan keterangan warga Desa Pandanwangi. Al Imron (49), salah satu seorang yang dikenal oleh kalangan sekitar sebagai Tokoh Masyarakat yang begitu luas akan pengetahuannya tentang sejarah Sumur Tiban. Ia menerangkan bahwa, dulu pada tahun duaribuan, sumur tersebut kerab didatangi warga dari berbagai penjuru untuk di ambil airnya guna sebagai obat segala macam penyakit.
Ia mengatakan, disetiap masyarakat yang berbondong-bondong mendatangi sumur tersebut untuk mengambil airnya sebagai obat dalam segala macam penyakit selalu memberikannya kesembuhan.
“Wallahu ‘allam ya, atas izin Allah. Disetiap warga dari berbagai penjuru yang datang untuk mengambil air disumur tiban itu sebagai obat, mereka selalu mendapatkan kesembuhan yang maksimal,” kata Al Imron.
“Memang dulu diwaktu masa kecil saya, yang saya tahu. Bahwa warga Desa Pandan Wangi mengsakralkan sumur tersebut dan menganggapnya sebagai peninggalan lelulur yang harus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya.
Namun, lebih tepatnya lagi, dalam penggalian Tim Yayasan Sakral Nusantara dengan cara mediasi bersama mahluk astral yang ada di sumur tersebut untuk dimasukkannya ke mediator. Tim Sakral mengungkapkan bahwa sumur itu dulu ialah sebuah tapal batas diantara kerajaan Mojopahit dan Kediri.
Dalam mediasi Tim Sakral Nusantara, Mulailil Azhari yang akrab dengan sapaan Kiai Brojo Pati. Salah satu paktisi supranatural Yayasan Sakral mengatakan, bahwa sumur tersebut dulunya dikenal dengan nama Telogo Wangi.
“Hasil dari mediasi kami, mediator sakral mengatakan bahwa sumur tiban itu dulunya ialah tapal batas diantara Kerajaan Mojopahit dan Kediri, sebagai mana dulunya kepemerintahan kedua kerajaan tersebut untuk menandai batas wilayah supaya tidak saling berebutan,” papar Kiai Brojo Pati pada waktu bermediasi.
“Selain itu, Sumur tuban tersebut dulunya dikenal dengan nama Telogo Wangi, di istilahkan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat kerajaan pada masa itu,” tambahnya.
Kiageng Brojo Pati dan Al Imron berharap, semoga masyarakat turut selalu menjaga dan melestarikan adat budaya peninggalan leluhur, pada utamanya tetap menjaga situs sumur tiban tersebut dengan baik.
“Harapan kami bagi semua kalangan masyarakat, dimanapun berada. Untuk selalu menjaga dan melestarikan adat budaya peninggalan leluhur. Karena semua itu patut untuk kita lestarikan, sebagai mana adat dan budaya ialah sebuah jati diri Bangsa yang begitu berharga,” tutupnya.(fan/w2)