Grafis, WacanaNews.co.id — Mitos Cuka Apel dan Fakta di Baliknya. Cuka apel dibuat dengan cara memeras apel segar untuk diambil airnya. Selanjutnya, air apel tersebut akan melalui proses fermentasi menggunakan bantuan bakteri dan ragi.
Dari proses tersebut, dihasilkan cairan asam, berbau menyengat, dan berwarna cokelat bening yang disebut air cuka apel.
Ada banyak mitos cuka apel untuk kesehatan yang beredar di masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang memercayainya.
Namun, sebelum Anda menggunakan cuka apel untuk mengatasi kondisi tertentu, ketahui lebih dulu fakta dari mitos yang beredar tersebut.
Berbagai Mitos Cuka Apel :
Menurunkan berat badan
Salah satu mitos cuka apel yang paling umum adalah mampu menurunkan berat badan. Hal ini karena cuka apel dipercaya bisa menekan nafsu makan dan membakar lemak dengan lebih cepat, sehingga baik dikonsumsi saat sedang menurunkan berat badan.
Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil diet yang dilakukan oleh orang-orang yang mengonsumsi cuka apel berbeda-beda, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh
Kadar kolesterol yang terlalu tinggi merupakan salah satu pemicu meningkatnya risiko beberapa penyakit. Cuka apel dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh.
Namun, bukti manfaat cuka apel yang satu ini masih sebatas uji laboratorium, sehingga efektivitas dan keamanannya untuk manusia belum diketahui secara pasti.
Mengontrol kadar gula darah
Mitos cuka apel selanjutnya adalah mengontrol kadar gula darah dan meningkatkan kadar hormon insuin di dalam tubuh.
Manfaat yang satu ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa cuka apel dapat menekan kenaikan kadar gula darah, yaitu penanda kadar gula darah jangka panjang dalam tubuh. Meski demikian, penurunan yang terjadi hanya sedikit dan tidak terlalu signifikan.
Selain beberapa mitos di atas, cuka apel juga dipercaya dapat menghiangkan jerawat, mengobati infeksi kuku akibat bakteri, dan menyegarkan napas. Namun, sama seperti mitos lainnya, klaim tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut.
(ifa/jal)