Setelah Beberapa tahun lalu ada serial Layangan Putus yang sanggup bikin penonton emosi gara-gara Mas Aris. Kali ini Ipar Adalah Maut adalah ‘saudara’ dari layar lebarnya, yang juga sama-sama punya karakter bikin emosi bernama Aris.
Bedanya, Layangan Putus lebih fenomenal dan catchy sehingga bisa membuat sejumlah kata menjadi tren, seperti Cappadocia atau “it’s my dream, not her!”. Padahal, penulis dua gambar bergerak ini adalah sama.
Review Ipar Adalah Maut
Beberapa tahun lalu ada serial Layangan Putus yang sanggup bikin penonton emosi gara-gara Mas Aris. Kali ini Ipar Adalah Maut adalah versi layar lebarnya, yang juga sama-sama punya karakter bikin emosi bernama Aris.
Selain aspek penggodokan naskah yang terbilang cukup rapi dan matang, penampilan Deva Mahendra bagi saya adalah kunci utama yang membuat film ini berefek psikologis terutama kepada banyak penonton perempuan.
Deva memainkan sosok Aris dengan sangat baik, menampilkan suami yang sangat tidak tahu diri dengan merusak rumah tangganya sendiri.
Meski begitu, penampilan Deva dalam Ipar Adalah Maut rasanya belum mengeluarkan seluruh kemampuan aktor itu. Namun melihat Deva menjadi Aris, setidaknya film Indonesia punya opsi alternatif peremuk perasaan penonton perempuan selain Fedi Nuril dan Reza Rahadian.
Selain Deva, performa Davina Karamoy sebagai Rani juga mencuri perhatian saya. Bahkan saya merasa chemistry Aris dengan Rani lebih kuat dibanding Aris dengan Nisa (Michelle Ziudith). Hal lain yang menghibur dari film ini adalah sinematografinya. Denmas Ipung sebagai DoP menyajikan visual yang estetik dan padu dengan efek visual yang dipimpin Alex Kurdi.
Hanung Bramantyo selaku sutradara yang dibantu oleh Yogi S Calam, Aditya Coyong, dan Poni Vandi Pratama, juga terlihat cukup baik dalam memadu seluruh bagian cerita serta produksi,
Hal ini karena saya rasa industri film Indonesia mulai menunjukkan gelagat creative block dengan ikut-ikutan menggarap horor hanya demi cuan, dan ditandai dengan mulai bermunculan film horor yang ceritanya ‘ngadi-ngadi’.
Alur cerita yang membuat geram para penonton, yang membuat film ini menjadi trending topik, yang mana paling banyak diminati para pengunjung diantara fim yang tayang.
Karena ulah Aris da juga adik dari Nisa yang sama sama gatel, keduanya juga memerankan dengan totalitas yang membuat feel dari drama tersebut terasa lebih nyata dan membuat penonton geram akan ulah merka berdua.
Selain dari keduanya, Michelle yang berperan sebagai nisa sangat menggambarkn kesabaran an juga ketangguhan menjadi seorang ibu 1 anak itu. Selain itu peran menjadi wanita yang tegas dan juga sangat dewasa ini, membuat penonton sesekali geram akan sikap Nisa yang begitu sabar dalam memerakan karakternya
Tak hanya itu, dla film ini juga feel darikesediannya sangat terasa, karena dibeberapa shice menampilkan karakter nisa yang menampilkan keteguhan menjadi seorang ibu.
Dengan tetap mengutamakan penggarapan naskah yang baik, saya rasa tema kehidupan rumah tangga bisa jadi topik menjanjikan seperti kisahnya yang sukses memikat ibu-ibu pencinta sinetron. Sehingga, industri film lokal tidak cuma bergantung pada horor, cerita cinta remaja, apapun-asal-religi, serta waralaba yang digarap berulang-ulang dan dicacah-cacah.