SEJARAH, WacanaNews.co.id — Penelusuran sejarah di Dusun Legundi Desa Gempol Legundi Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Tim Yayasan Sakral Nusantara temukan Patilasan Kebo Kicak sang Legenda Kabupaten Jombang, Jum’at (17/03).
Di Kota Santri Kabupaten Jombang terdapat beberapa macam tempat yang menyimpan sejarah, salah satunya seperti jejak sejarah di Dusun Legundi Gudo Jombang. Mitos atau kepercayaan masyarakat mengenai asal usul sebuah daerah, sering kali mempunyai versi yang berbeda.
Dalam Hal ini Tim Yayasan Sakral Nusantara Putra Mojopahit mendatangi Dusun Legundi, Desa Gempol Legundi, Kecamatan Gudo Jombang. Bertujuan untuk menguak asal-usul adanya Dusun tersebut dengan cara bermediasi bersama mahluk ghaib yang di rasukkan kedalam mediator.
Berlangsung Tim Yayasan Sakral Nusantara pada saat mediasi, Mulailil Azhari yang dalam sapanya Ki Brojo Pati, salah satu paktisi Supranatural Tim Yayasan. Ia menyampaikan bahwa asal muasal Dusun Legundi yang pasti tak terlepas dari sosok seorang yg dulunya dikenal Sakti Mandraguna.
“Dalam mediasi Tim Yayasan Sakral, disitu kami mendapatkan informasi bahwa Dusun Legundi itu berawal dari sosok seorang pengembara dari Kediri yang Sakti mandraguna, yaitu mbah Sowo atau yang dulunya dikenal dengan mbah Kuwu,” ujar Ki Brojo Pati, Kamis (16/03).
Tonton Vidio Berikut: Mengungkap Sejarah Asal Mula Desa Gempol Legundi
Hal senada juga di katakan oleh Aan Teguh Prihanto atau akrab sapanya Kiai Ageng Antep, selaku penasehat Yayasan Sakral Nusantara Putra Mojopahit. Menurutnya mbah Kuwu yang hijrah dari kediri menuju ke tlatah bumi Jombang, maksud dan tujuannya ialah untuk mengembara dan mencari Ilmu.
“Yang selama ini menjadi misteri adalah tentang keberadaan mbah Kuwu. dimana dalam penelusuran Tim Sakral tadi yang didapat bahwa mbah Kuwu berasal dari Kediri, yang pasti masih dalam kerabat Keraton Kediri, dalam waktu itu mengembara sesampai di tlatah bumi jombang bertemu dengan Kebo Kicak lalu berguru sesampai menjadi seorang yang sakti mandraguna. Dan yang pasti Dusun Legundi juga sudah ada sejak era Kerajaan Airlangga sebelum Majapahit,” beber Kiai Ageng Antep kepada media.
Lanjutnya. Kiai Ageng Antep berharap, semoga sejarah tersebut selalu di ingat bagi generasi yang akan datang, untuk supaya terjaganya sejarah dan budaya leluhur.
Saling menghargai pendapat, kepercayaan atau tasamu’ merupakan sebuah kebaikan, karena tidak ada kebenaran yang mutlak. Kebenaran secara mutlak hanyalah milik ALLAH SWT. (fan/jal)