NAGEKEO, WacanaNews.co.id — Satu daerah penghasil padi terbesar dengan urutan Kedua setelah Lembor Manggarai Barat untuk Dataran Wilayah Flores Nusa Tenggara Timur. Desa Maropokot Juga menjadi sentra pengahasil padi pada wilayah dataran Mbay Nagekeo.
Desa Maropokot berada di lokasi yang begitu strategis dengan topografi wilayah dengan luas Area 1.416, 96 km² desa ini kedepannya akan digandrungi menjadi tempat eksotik baru dengan model agrowisata juga pemukiman masyarakat di tengah sawah sehingga begitu indah di pandang dari kejauhan.
Namun di sisi lain justru dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat ditambah dengan arus urbanisasi akan sangat berpotensi terjadinya alih fungsi lahan.
Petrus Lowa salah satu petani di Desa Maropokot menyebutkan bahwa, Selain kepadatan penduduk adapun masalah yang mereka hadapi saat ini, yaitu semakin berkurang hasil produksi padi di beberapa Tahun terakhir, yang di yakini akibat kurangnya organisme dalam tanah dan serangan hama dan penyakit.
Hal ini terjadi karena petani sering menggunakan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan dan tanpa rekomendasi, sehingga hama menjadi resisten dan resurjensi juga akibat dari keseringan menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Menurutnya, serangan hama keong mas paling tinggi ketika pada Berusia 2-3 Minggu (hst) akibatnya sangat berpotensi pada gagal panen sebab hampir seluruh anakan tanam padi diserang oleh hama tersebut.
Adapun langkah yang sudah pernah di lakukan, yakni dengan menggunakan pestisida kimia , tetapi belum mengendalikan keong mas secara masif, bahkan populasi keong emas terus meningkat.
Agar dapat mengatasi masalah ini, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Flores melaksanakan penelitian dengan menggunakan pestisida nabati dari Umbi Gadung dan Akar Tuba untuk mengendalikan hama keong emas yang ada di Desa Maropokot.
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai Maret Tahun 2022. Saat ini tiga mahasiswa Faperta atas nama Virgilius W.S Rovanda Putra, Ferdinandus Lara dan Robertus Apriyano mulai melaksanakan persiapan lahan dan juga pembuatan demplot di lokasi penelitian milik bapak Petrus Lowa. (ms/w2)